1.
Pengertian Fisioterapi
Fisioterapi merupakan
ilmu yang menitik beratkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi
alat gerak/fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian di ikuti dengan
proses/metode terapi gerak.
Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.778 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelayanan
Fisioterapi di Sarana Kesehatan, fisioterapi adalah suatu pelayanan kesehatan
yang ditujukan untuk individu dan/atau kelompok dalam upaya mengembangkan, memelihara,
dan memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak, dan komunikasi. Fisioterapi dapat
melatih pasien dengan olahraga khusus, penguluran dan bermacam-macam teknik dan
menggunakan beberapa alat khusus untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien
yang tidak dapat diatasi dengan latihan–latihan fisioterapi.
Orang yang menjalankan pelayanan
Fisioterapi disebut Fisioterapis. Fisioterapis adalah seseorang yang telah
lulus pendidikan fisioterapi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Fisioterapi merupakan salah satu metode penyembuhan yang paling
banyak digunakan dalam berbagai penanganan masalah saraf, otot dan sendi,
rehabilitasi pasca stroke, Parkinson's Disease, struktur tulang yang tidak
benar, keterlambatan pertumbuhan pada anak-anak, rehabilitasi pasca operasi,
Asma dan berbagai gangguan lainnya.
Fisioterapi juga dapat menangani masalah struktur tulang seperti
Skoliosis, Kifosis, Rematik, Frozen Shoulders, juga berbagai cedera yang
ditimbulkan karena rutinitas pekerjaan seperti Carpal Tunnel Syndrome sampai
kepada masalah kesehatan wanita.
Dimensi Pelayanan Fisioterapi meliputi upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan gangguan sistem gerak
dan fungsi dalam rentang kehidupan dari praseminasi sampai ajal, yang terdiri
dari upaya-upaya:
a.Peningkatan dan pencegahan (promotif dan preventif), Pelayanan
fisioterapi dapat dilakukan pada pusat kebugaran, pusat kesehatan kerja,
sekolah, kantor, pusat panti usia lanjut, pusat olahraga, tempat kerja/industri
dan pada pusat-pusat pelayanan umum.
b.Penyembuhan dan pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif),
pelayanan fisioterapi dapat dilakukan pada rumah sakit, rumah perawatan, panti
asuhan, pusat rehabilitasi, tempat praktek, klinik privat, klinik rawat jalan,
puskesmas, rumah tempat tinggal, pusat pendidikan dan penelitian.
Berdasarkan ruang lingkup pelayanan fisioterapi dan tuntutan
kebutuhan masyarakat, dibagi menjadi:
a. Fisioterapi Kesehatan Wanita
b. Fisioterapi Tumbuh Kembang Anak
c. Fisioterapi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
d. Fisioterapi Usia Lanjut
e. Fisioterapi Olahraga
f. Fisioterapi Kesehatan Masyarakat
g. Fisioterapi Pelayanan Medik: pengembangan pelayanan fisioterapi pelayanan medik didasari pada spesifikasi problem kesehatan pasien, seperti fisioterapi Muskuloskeletal (penyembuhan dan pemulihan gangguan anggota gerak tubuh terdiri dari otot, tulang, sendi, jaringan ikat), Fisioterapi Kardiovaskulopulmonal (penyembuhan dan pemulihan pada gangguan jantung, pembuluh darah, dan paru), Fisioterapi Neuromuskular (penyembuhan dan pemulihan pada gangguan sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi), Fisioterapi Integument (penyembuhan dan pemulihan pada kecacatan fisik dan kulit).
a. Fisioterapi Kesehatan Wanita
b. Fisioterapi Tumbuh Kembang Anak
c. Fisioterapi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
d. Fisioterapi Usia Lanjut
e. Fisioterapi Olahraga
f. Fisioterapi Kesehatan Masyarakat
g. Fisioterapi Pelayanan Medik: pengembangan pelayanan fisioterapi pelayanan medik didasari pada spesifikasi problem kesehatan pasien, seperti fisioterapi Muskuloskeletal (penyembuhan dan pemulihan gangguan anggota gerak tubuh terdiri dari otot, tulang, sendi, jaringan ikat), Fisioterapi Kardiovaskulopulmonal (penyembuhan dan pemulihan pada gangguan jantung, pembuluh darah, dan paru), Fisioterapi Neuromuskular (penyembuhan dan pemulihan pada gangguan sistem syaraf pusat dan sistem syaraf tepi), Fisioterapi Integument (penyembuhan dan pemulihan pada kecacatan fisik dan kulit).
Fisioterapi dalam melaksanakan praktik fisioterapi berwenang
untuk melakukan:
a.Asesment Fisioterapi;
b.Diagnosa Fisioterapi;
c.Perencanaan Fisioterapi;
d.Intervensi Fisioterapi;
e.Evaluasi/re-evaluasi/re-asesment.
a.Asesment Fisioterapi;
b.Diagnosa Fisioterapi;
c.Perencanaan Fisioterapi;
d.Intervensi Fisioterapi;
e.Evaluasi/re-evaluasi/re-asesment.
Fisioterapi dapat melaksanakan
praktik Fisioterapi pada saranan kesehatan, praktik perseorangan dan/atau
berkelompok. Fisioterapi dalam melakukan praktek Fisioterapi dapat menerima
pasien/klien dengan atau tanpa rujukan.
Ada berbagai macam jenjang
pendidikan Fisioterapi di Indonesia saat ini yaitu: D3, D4 dan S1+Pendidikan
Profesi, gelar pendidikan Fisioterapi di Indonesia adalah: D3 (A.Md.Ft atau
A.Md.Fis), D4 (S.St.Ft) S1 (S.Ft atau S.Fis) dan gelar pendidikan profesi
Fisioterapi disebut dengan "Physio".
2. Macam-Macam Fisioterapi
1. Exercise Therapy atau Terapi Latihan
1. Exercise Therapy atau Terapi Latihan
Terapi ini dimaksudkan untuk
mengembalikan fungsi sekaligus memberi penguatan dan pemeliharaan gerak agar
bisa kembali normal atau setidaknya mendekati kondisi normal. Kepada anak, akan
diberikan latihan memegang maupun menggerakkan tangan dan kakinya. Setelah
mampu, akan dilanjutkan dengan latihan mobilisasi, dimulai dengan berdiri,
melangkah, berjalan, lari kecil, dan seterusnya.
Pada kasus patah kaki, contohnya,
akan dilakukan fisioterapi secara bertahap, kapan si anak harus sedikit menapak
sampai bisa menapak penuh. Latihan-latihan yang diberikan bertujuan
mempertahankan kekuatan otot-otot dan kemampuan fungsionalnya dengan
mempertahankan sendi-sendinya agar tak menjadi kaku. Hal ini perlu dilakukan
karena kaki patah yang dipasangi gips umumnya akan mengalami pengecilan otot,
sehingga kekuatannya pun berkurang. Lewat terapi yang dilakukan sambil bermain
akan kelihatan bagian mana yang mengalami penurunan fungsi.
2. Heating
Therapy atau Terapi Pemanasan
Sesuai dengan namanya, terapi ini
memanfaatkan kekuatan panas yang biasanya digunakan pada kelainan kulit, otot,
maupun jaringan tubuh bagian dalam lainnya. Penggunaannya tentu saja disesuaikan
dengan tingkat keluhan. Bila hanya sampai di bagian kulit, maka pemanasannya
pun hanya diperuntukkan bagi kulit saja dengan menggunakan Infra Red Radiation (IRR) atau radiasi infra merah. Bila
gangguan terjadi pada otot, digunakanlah micro
diathermy atau diatermi
mikro. Sementara, jika gangguan muncul di bagian terdalam seperti rangka tubuh,
maka yang digunakan adalah short wave
diathermy atau diatermi
gelombang pendek. Intinya, jenis terapi yang dilakukan akan disesuaikan dengan
hasil diagnosis.
Terapi pemanasan biasanya
diberikan bersamaan dengan jenis terapi lain. Seperti pada terapi inhalasi
untuk anak-anak dengan masalah lendir pada saluran napas; pada nyeri otot
maupun sendi. Bila dikombinasikan dengan bentuk pengobatan lain tentu lebih
menguntungkan karena dosis obat yang harus diminum anak jadi lebih kecil untuk
meminimalisir efek negatifnya.
3. Electrical
Stimulations Therapy atau
Terapi Stimulasi Listrik
Terapi yang menggunakan aliran
listrik bertenaga kecil ini cocok diterapkan pada anak yang menderita kelemahan
otot akibat patah tulang/fraktur ataupun kerusakan saraf otot. Cara
penggunaannya, dengan menempelkan aliran listrik pada otot-otot untuk mengatasi
rasa nyeri. Terapi ini bertujuan untuk mempertahankan massa otot dan secara
tidak langsung merangsang regenerasi saraf.
Pada pasien anak yang menderita
gangguan pernapasan, terapi ini pun bisa digunakan untuk pengobatan. Efeknya,
sirkulasi darah di rongga dada dan saluran pernapasan menjadi lebih lancar,
sehingga dapat membantu relaksasi serta membantu mengeluarkan lendir dari
saluran pernapasan, sehingga akan mempercepat proses penyembuhan.
4. Cold Therapy atau Terapi Dingin
Terapi dingin biasanya diberikan
bila cedera anak masih akut sehingga proses peradangan tidak menjadi kronis.
Terapi ini umumnya hanya diperuntukkan bagi otot saja, biasanya akibat terjatuh
dan mengalami memar. Terapi dingin ini pun berguna mengurangi bengkak. Itulah
kenapa, ketika anak terjatuh dan bagian tubuhnya ada yang benjol, orang tua
sering mengompresnya dengan air dingin. Namun terapi dingin harus dengan
pengawasan ketat karena kalau fase akutnya sudah lewat, tapi masih terus diberi
terapi, justru dapat merusak jaringan.
5. Chest
Physiotherapy atau Terapi
Bagian Dada
Anak dengan keluhan batuk-pilek
biasanya mendapat chest
physiotherapy yang bermanfaat
membersihkan saluran pernapasan dan memperbaiki pertukaran udara. Yang termasuk
dalam fisioterapi ini di antaranya inhalasi/nebulizer , clapping , vibrasi dan postural drainage .
Inhalasi yaitu memasukkan
obat-obatan ke dalam saluran pernapasan melalui penghirupan. Jadi, partikel
obat dipecah terlebih dulu dalam sebuah alat yang disebut nebulizeer hingga menjadi molekul-molekul
berbentuk uap. Uap inilah yang kemudian dihirup anak, hingga obat akan langsung
masuk ke saluran pernapasan. Keuntungan cara ini, dosis obat jauh lebih kecil,
hingga dapat mengurangi efek samping obat.
Obat-obat inhalasi yang umum
diberikan adalah obat untuk melonggarkan saluran napas, pengencer dahak, dan
NaCl sebagai pelembab saluran napas. Sedangkan lamanya setiap inhalasi cukup
sekitar 10 menit. Tindakan lanjut untuk membantu pengeluaran lendirnya, antara
lain clapping atau tepukan pada dada dan punggung.
Bisa di sisi kanan, kiri, depan dada. Tepukan dilakukan secara kontinyu dan
ritmik. Sertai pula dengan pengaturan posisi anak (postural drainage) , semisal anak ditengkurapkan dengan
posisi kepala lebih rendah dari badan, hingga lendir tersebut dapat mengalir ke
cabang pernapasan utama sekaligus lebih mudah untuk dibatukkan. Ini akan
menguntungkan karena biasanya anak tak bisa meludah, hingga lendir yang
menyumbat saluran pernapasan sulit dikeluarkan.
Khusus pada bayi atau anak di
bawah usia 2 tahun, bila perlu, lakukan tindakan suction atau penyedotan lendir dengan alat
khusus lewat hidung atau mulut. Bisanya tindakan ini dilakukan pada bayi dimana
refleks batuknya belum cukup kuat untuk mengeluarkan lendir.
6. Hydro Therapy atau Aquatik
Therapy
Terapi dengan air berguna bagi
anak-anak yang mengalami gangguan, terutama gangguan gerak akibat spastisitas,
misal pada anak CP (Cerebral
Palsy) . Sedangkan pada anak
yang terlambat berjalan, tentu saja sebelum diterapi mereka akan dievaluasi
dulu baik dari usia, tingkat kemampuan, maupun tingkat kesulitan yang dialami.
Untuk bisa berjalan, anak tentu saja harus melalui berbagai tahapan yang
dimulai dengan tengkurap, duduk, merangkak sampai berdiri. Biasanya anak tidak
akan langsung diajarkan berjalan bila tahap sebelumnya belum mampu ia lakukan.
Pada anak yang mengalami
kesulitan bergerak karena spastisitas/kekakuan, ketika di air, umumnya dia akan
lebih mudah bergerak. Dengan demikian diharapkan spastisitas anak akan
berkurang mengingat adanya bantuan berupa dorongan air yang sifatnya bisa
melenturkan gerak tubuh. Meskipun tidak semua anak dengan gangguan tersebut
dapat diberikan hidro terapi air, tapi terapi ini bisa dijadikan sebagai salah
satu alternatif.
7. Orthopedhic dan Rheumathoid
Arthritis
Sebetulnya fisioterapi ortopedik
ini dilakukan untuk mengatasi gangguan tulang dan otot akibat patah tulang, post fracture (retak), artritis sendi, keseleo, atau
terkilir. Umumnya ditujukan untuk kalangan dewasa karena kasusnya jarang sekali
terjadi pada anak.
Pada bayi, terapi ortopedik ini
akan dipakai jika ia mengalami proses pemendekan otot leher (lehernya jadi
miring) akibat pembengkakan otot leher yang membuat ototnya tertarik ke satu
arah. Fiosioterapi ini dilakukan dalam bentuk latihan-latihan gerakan, pijat,
dan peregangan. Bisa juga dibarengi denganultrasound (gelombang suara berfrekuensi lebih
tinggi dari yang dapat didengar manusia) dan pemanasan untuk melepaskan
perlengketan/gumpalan di leher. Fisioterapi ini bisa diterapkan sejak bayi
berusia 2 minggu.
Fisioterapi rheumathoid arthritis dilakukan pada anak dengan keluhan
kaki bengkak atau mengalami gangguan sendi. Untuk mengurangi rasa nyeri, terapi
dingin diberikan saat akut dan selanjutnya diberikan terapi panas dengan electrical stimulations therapy . Ini bisa dilakukan pada anak usia
4-5 tahunan, tergantung pada bagian mana terserangnya.
3. Fisioterapi dalam Olahraga
Fisioterapi olahraga adalah Pelayanan kesehatan yang ditujukan
individu dan masyarakat untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak
dan fungsi khususnya dalam bidang olahraga.
Cakupan fisioterapi olahraga yang sesuai dengan konsep
fisioterapi olahraga adalah :
1. Pelayanan terhadap cedera olahraga;
1. Pelayanan terhadap cedera olahraga;
Merupakan cakupan yang paling besar dalam pelayanan fisioterapi
olahraga. Pelayanan terhadap cedera olahraga meliputi pencegahan, pemulihan,
dan pencegahan cedera berulang.
2. Membantu penyusunan program latihan;
Dengan melakukan pemeriksaan awal terhadap kemampuan gerak dan
fungsi seperti kekuatan dan daya tahan otot, jarak gerak sendi, fleksibiltas
otot, bentuk tubuh dan lain lain. Dengan dilakukan pengukuran tersebut dapat
diperoleh karakteristik atlet dalam penetuan program latihan secara individu
disamping program secara general.
3. Pemanduan bakat;
Pemahaman biomekanik yang dimiliki oleh fisioterapi dapat
digunakan untuk menentukan kemampuan atlet dalam melakukan aktifitas olahraga
tertentu.
4. Penentuan posisi atlet;
Setiap gerak dan fungsi dalam cabang olahraga tim memiliki
karakteristik gerak tertentu. Fisioterapis dengan ilmu yang dimilikinya dapat
membantu pelatih menentukan posisi dalan cabang olahraga.
Untuk memenuhi cakupan fisioterapi olahraga tersebut maka
disamping ilmu ilmu yang dibutuhkan untuk menjadi fisioterapis diperlukan
pengetahuan tambahan yang diperoleh melalui pendidikan formal dan informal.
Pengetahuan tambahan yang dibutuhkan meliputi :
1. Filsafat ilmu Olahraga; Pemahaman konsep olahraga yang tepat akan dapat menuntun fisioterapis mengenal dengan tepat apa itu olahraga.
2. Biomekanik olahraga; Obyek formal fisioterapi berupa gerak dan fungsi membutuhkan dasar pemahaman biomekanik yang merupakan ilmu gerak. Gerak dalam olahraga yang merupakan gerak fungsional dari individu membutuhkan pemahaman yang lebih kompleks.
3. Fisologi latihan; Olahraga adalah suatu keadaan yang overload dari gerak dan fungsi tubuh manusia. Dalam proses overload tersebut juga terjadi proses adaptasi. Pemahaman mengenai proses adaptasi terhadap beban tersebut diperoleh melalui fisiologi latihan
4. Metodik latihan. Salah satu kesulitan fisioterapis adalah dalam menyusun program latihan. Bagi atlet penyusunan program latihan yang didasari prinsip-prinsip latihan yang tepat sangat penting dan bermanfaat.
5. Cedera olahraga; Penetapan diagnosa yang tepat pada cedera olahraga adalah momen yang sangat penting dalam penanganannya. Oleh karena itu proses patofisologi cedera olahraga berikut tanda gejalanya serta faktor-faktor pencetus menjadi sangat penting.
Daftar Pustaka